Bukannya saya hendak melarang untuk berekspektasi terhadap album ini,
tapi apa yang didapat dalam sebuah album berjudul “4″ milik Beyoncé
ini adalah memang jauh dari fierness yang boleh didapat dari album
sebelumnya. Penekanan terhadap rasa “Beyoncé” dengan porsi yang lebih
banyak dibanding rasa “Sasha Fierce” yang membuat rekaman ini beda. Yang
pasti, kita masih tetap disuguhkan vokal berkarakter nan powerful,
dengan lirik yang menggugah. Dan sajian itu pasti sudah cukup memuaskan.
Banyak yang terjadi sebelum “4″ ini ada. Dimana Beyoncé mengambil
cuti setahun dari kegiatan musiknya untuk memaknai hidup dan
menikmatinya sebagai sesuatu yang membuatnya merasakan hidup sebagai
manusia biasa, berpisah dari manajeman sang ayah, dan mengelola musiknya
sendiri. Inilah yang membuat rekaman ini menjadi sangat mandiri.
Dengarkan jeritan hatinya lewat ‘I Was Here’ yang sejatinya
menggambarkan kesediaannya untuk berdiri di atas kaki sendiri dan tidak
membiarkan rasa takut menghalangi.
Inspirasi lainnya yang Beyoncé dapat adalah semangat goyang dari Afrika, yang disebut Tofu Tofu alias bodyshaking
yang ditampilkan dalam ‘Run The World (Girls)’ yang sound music-nya
membuat kita berasa di Afrika. Beberapa lagu lain yang bisa mengajak
kita berdansa adalah ‘Countdown’ dan ‘End Of Time’ yang enggak kalah
menggairahkan. Nah, sesi dance ini yang sepertinya minim dan membuat
beberapa orang kurang puas dan ingin lebih.
Kesempatan untuk menginsert musik soul, funk, pop, dan R&B dari
era 70 dan 80 adalah kualitas lain dari “4″ yang bisa dinikmati di
‘1+1′, ‘I Care’, ‘Love On Top’, dan ‘I Miss You’. Meskipun kewenangan
ada di tangan Beyoncé dalam pemilihan lagu di dalam album ini, tetap
saja credit harus dilayangkan kepada para produser, pencipta lagu,
musisi, dan setiap profesional yang terlibat di dalamnya. Kemampuan
untuk memuaskan dahaga Beyoncé dalam aktualisasi diri lewat album ini
adalah hasil yang patut diacungi jempol.
Di album sebelumnya, saat kita dibuat bertanya apakah Beyonce akan
sanggup membuat sebuah rekaman sebesar ‘Irreplaceable’ dari “B’Day”,
ternyata ada ‘Single Ladies’ dari “I Am…Sasha Fierce” yang sanggup
menjadi jawaban untuk pertanyaan itu. Dan kembali, pertanyaan tersebut
akan terlontar. Menyikapinya, Beyoncé punya pernyataan tersendiri. Bahwa
dirinya tidak harus membuktikan apa-apa kepada siapapun. Dan itu yang
membuat dirinya merasa bebas untuk berekspresi dalam album ini. Tapi, 2
hit besar tersebut bukan tercipta dari single pertama di masing-masing
album, sehingga masih terbuka kemungkinan kalau “4″ juga akan punya
massive hit sendiri. If I was the one to pick, aku akan pilih ‘I Was Here’ balada indah ciptaan Diane Warren yang luar biasa!
Kenikmatan lainnya yang dapat dinikmati adalah ‘Party’ yang dibawakan
bersama Andre 3000 & Kanye West. Bukan salah satu favorit, tapi
paling enggak keberadaan rap di dalam album ini dibutuhkan untuk
menyirnakan rasa bete yang kemungkinan bisa tercipta setelah
mendengarkan 4 track pertama yang adalah lagu-lagu slow. Juga ‘Best
Thing I Never Had’ yang membuat kita membuka mata untuk enggak terlalu
menyesali sebuah perpisahan. Beyoncé punya kata-kata yang enggak biasa
untuk membuat kita percaya kalau satu pintu tertutup, pintu lainnya akan
terbuka. “you showed your ass, and baby I saw the real you”
Enggak usah ragu untuk mengoleksi album ini. Rilisan Sony Music
Indonesia adalah deluxe edition 2cd yang juga berisi track ‘Lay Up Under
Me’, ‘Schoolin’ Life’, ‘Dance For You’ ditambah dengan bonus sample
parfum HEAT milik Beyoncé. Meskipun awalnya adalah sebuah kompromi,
album ini akan cukup memuaskan. Dan jikalau masih ada yang merasa
ganjal, mengingat kebiasaan Beyoncé yang merilis ulang album dalam
edisi-edisi lain, masih ada kemungkinan untuk “4″ memuaskan selera kita!
Yang mau download album'y klik disini
0 komentar:
Posting Komentar