Rabu, 23 November 2011

OST. The Twilight Saga: Breaking Dawn (Part 1)

Serial film Twilight akhirnya memasuki babak akhirnya melalui film keempatnya, Breaking Dawn. Namun, karena ketebalan bukunya yang cukup mencengangkan, akhirnya pihak produser pun memutuskan untuk membagi filmnya menjadi dua bagian, dimana bagian pertama dapat disimak mulai tahun ini sedangkan sisanya pada tahun 2012 nanti. Dan sebagaimana film-film sebelumnya, Breaking Dawn Part 1 pun mempunyai daftar lagu-lagu yang mumpuni yang terangkum sebagai bagian dari album soundtracknya.
Rasanya sudah menjadi tradisi dengan menghadirkan Muse sebagai artis tetap dalam setiap albumnya, namun sayangnya kali ini mereka absen hadir memeriahkan album. Mungkinkah artis favorit Stephanie Meyer, pengarang Twilight ini, akan hadir di album berikutnya dengan amunisi single yang dahsyat? Siapa tahu. Kita lihat saja nanti.
Meski begitu album yang berjudul lengkap The Twilight Saga: Breaking Dawn – Part 1: Original Motion Picture Soundtrack ini masih menawarkan sejumlah lagu bernas yang dinyanyikan oleh artis-artis yang mungkin relatif kurang terkenal namun tidak usah diragukan dalam segi kualitas.
Dibuka dengan band indie-rock yang baru saja melepaskan album debut mereka di awal tahun, The Joy Formidable, Endtapes milik mereka terasa solid sebagai pengantar. Meski track ini bergerak dalam tempo sedang, namun sudah memberi hentakan ritme yang aktif. Selanjutnya Angus & Julia Stone hadir dalam sebuah track pop-folk manis/romantis dalam Love Will Take You.
Agak mengagetkan sebenarnya dengan hadirnya nama yang cukup “pop”, seperti Bruno Mars yang hadir dalam It Will Rain yang akan mengharu biru kita dengan vokalnya yang syahdu dan liriknya yang dalam. Sebenarnya jika dibandingkan dengan track-track lain yang hadir dalam album ini, bersama dengan track rap milik Theophilus London yang berjudul Neighbors, It Will Rain sedikit “menyalahi” atmosfir album secara keseluruhan, namun rasanya secara konteks masih tepat dalam membangun tensi.
Bukan apa-apa, bahkan nomor lembut dan romantis A Thousand Years milik Christina Perri masih memiliki ambience indie/folk yang memenuhi album. Sehingga hadirnya kedua track “nge-pop” agak sedikit membuat kening berkerut. Tapi syukurlah secara keseluruhan album masih menawarkan lagu-lagu yang pastinya memuaskan para penikmat album-album sebelumnya.
Seperti biasa, ada dua kubu utama yang menjadi kekuatan setiap album-album soundtrack seri Twilight. Rock dan folk. Dari nomor-nomor rock, selain The Joy Formidable, album memberi ruang kepada band-band seperti The Belle Brigade dengan I Didn’t Mean it yang bercorak retro-rock dengan efek lo-fi, Noisettes dengan versi 2011 untuk Sister Rosetta milik mereka.
Namun kali ini tampaknya porsi indie pop/folk lembut dan minimalis hadir lebih besar. Bahkan album nyaris dipenuhi oleh track-track sejenis. Mulai dari, tentu saja A Thousand Years milik Perri, Turning Page milik Sleeping at Last, Northern Light milik Cider Sky atau Flightless Bird, American Mouth milik Iron & Wine. Nomor-nomor minmalis yang hanya menghadirkan akustik gitar atau piano milik Imperial Mammoth hadir dengan Requiem on Water dan Aqualung dan Lucy Schwartz yang menampilkan Cold, pun tak mau kalah memberi sentuhan lembut pada album ini.
Mungkin hal ini disengaja karena pada filmnya sendiri mengisahkan hubungan Bella Swan dan Edward Cullen setelah mereka menikah, sehingga feel dan atmosfir romantis lah yang dipilih untuk memenuhi atmosfirnya. Bahkan salah seorang aktris dari filmnya, Mia Maestro pun menyumbangkan sebuah lagu berbahasa Spanyol yang berjudul Llovera.
Sebagai penutup, seperti biasa ada satu nomor skoring yang ditampilkan. Kali ini musisi handal Carter Burwell yang berkesempatan untuk mengaransemen musik latar untuk filmnya. Aransemen Burwell untuk Breaking Dawn Part 1 pun dapat disimak dalam album khusus, namun untuk album soundtracknya ini, ia pun dengan manis mengunci album dengan aransemen romantisnya yang berjudul Love Death Birth. Judul yang tepat untuk menggambarkan tema filmnya.
Sekali lagi Twilight Saga tidak mengecewakan dalam album soundtracknya. Dengan pemilihan lagu-lagunya, album Breaking Dawn Part 1 terdengar romantis akan tetapi juga subtil dan kontemplatif. Patah hati dan jatuh cinta akan bertubi-tubi menghampiri kita saat mendengarkan album ini. Sebuah pengalaman musikal yang tak kalah seru dai filmnya.

yang mau download OST-nya Klik disini

Senin, 21 November 2011

Owl City

Adam R Young atau lebih dikenal sebagai Adam Young merupakan a-one-man-band dibalik Owl City. Lahir 5 July 1988, berasal dari suatu kota kecil, Owatonna, di daerah Minessota, yang berhasil menempati top charts all over the world.
Adam yang memiliki problem dengan waktu tidurnya-insomnia. “The creative juices start flowing most when I’m lying awake with nothing to do. My mind is quiet, and my thoughts are collected, and that’s when I find that the ideas really start happening.” Adam memperjelas.
Tahun 2007, kekasih dari Ann Monson ini bekerja di sebuah gudang Coca Cola dan tinggal dengan orang tuanya (ayahnya seorang mekanik dan ibunya guru). Adam spend his time stay in his basement and making music.
Adam memulai project-project musiknya (sebelum Owl City) di MySpace. Seperti Windsor Airlift, Insect Airport, Port Blue, Seagull Orchestra, Swimming With Dolphins, Dolphin Park, The Grizzly and another his music project.
Owl City mengusung aliran elektronik/pop. Meraih “Top Unsigned Artist” di MySpace dengan pendengar lebih dari 10million. Sebelum akhirnya bekerjasama dengan Universal Republic di bulan Februari 2009.
Sebelum Ocean Eyes, Adam merilis 2 album (unsigned label) Of June tahun 2007 dan Maybe I’m Dreaming di tahun 2008.

“One of the things which got me interested in music as being ­aesthetically pleasing was the movie ­Finding Nemo, The music from that film is just so inspiring. It’s a testament to how well music can stand up on its own, when it’s written for something visually. That really made me stop and think: wow, this guy makes me feel like I wanna be able to do that for other people. I didn’t have any sort of structure, or an innate sense of direction that I wanted to go in lyrically, but I knew that I wanted to stand out from whatever else was floating around out there.”
 

Ketika ditanya mengenai inspirasi dan awal mulanya Adam bermusik. Fireflies sendiri mulai membawa nama Owl City, Fireflies menempati chart Billboard Hot 100 awal bulan September. Merangkak menempati posisi #1 di Billboard dan #1 charts di beberapa negara di dunia.
Matthew Thiessen dari Relient K cukup banyak membantu Adam dalam album Ocean Eyes ini. Kita bisa mendengar suara Matthew Thiessen dalam beberapa lagu di Ocean Eyes.
Selain itu, Adam membawa beberapa additional player yang merupakan teman-temannya juga. Breanne Duren (vocal dan keyboard), Daniel Jorgensen (keyboard dan synth), Hannah Schroeder (cello), Laura Musten (violin) dan Matthew Decker (drum) untuk tampil live

Album Downloads:
Maybe I'm Dreaming (2009)
Klik disini

All Things Bright And Beautiful (2011)
Klik disini

Bruno Mars

Jangan sangsikan musikalitasnya, karena dia juga berasal dari keluarga yang gemar seni, khususnya musik. Ayahnya, Pete, seorang New Yorker, adalah pemain perkusi. Ibunya, Bernie, berdarah Filipina keturunan Puerto Rico, adalah seorang penari hula. Pete dan Bernie memiliki 6 orang anak dan mengenalkan mereka pada berbagai jenis musik, reggae, rock, hip hop, dan R&B. Khusus untuk anaknya yang bernama Peter Gene Hernandez, Pete memanggilnya dengan nama Bruno, berhubung saat berusia 2 tahun, sang bayi bertubuh gempal, mirip dengan pegulat terkenal zaman itu, Bruno Sammartino. Nama itu yang kemudian dipilihnya sebagai nama panggungnya. Dan ketika memikirkan nama belakang untuk Bruno, dia langsung teringat akan para gadis yang menyebutkan dirinya bukan berasal dari bumi, yang lantas membuatnya terpikir akan Mars. Dan jadilah, Peter Gene Hernandez menjadi Bruno Mars, seperti yang kita kenal sekarang.
Dia kelahiran 8 Oktober 1985. Dan dalam 25 tahun kehidupannya, hampir apa saja sudah dilakukannya dalam rangka mengasah kemampuan bermusiknya. Dari usia muda, dia sudah tampil meniru dan menyanyikan lagu-lagu Michael Jackson, Elvis Presley, The Isley Brothers, dan The Temptations. Saat usia sekolah, dia memperdalam kegemarannya terhadap Elvis, sekaligus memperluas pengetahuan musiknya lewat Prince dan The Police. Usai menyelesaikan sekolahnya, dirinya pun hijrah ke Los Angeles untuk mewujudkan American Dream-nya. Dan Dewi Fortuna berpihak padanya, saat tahun 2006 lalu dirinya berkenalan dengan Aaron Bay Schuck, yang kemudian menjadi manajernya dan menawari kontrak di bawah nauangan Atlantic Records. Bruno Mars berada dalam jalur yang tepat menuju kesuksesan!
Apa yang harus ia lakukan sebagai langkah awal mencapai cita-citanya dalam industri ini? Tidak serta merta menjadi penyanyi, Bruno memulai dengan menulis lagu untuk penyanyi lain. Di muncul di credit untuk album Alexandra Burke (’Perfect’ from “Overcome”), Travie McCoy (”We’ll Be Alright’ from “Lazarus”), Brandy (’Long Distance’ from “Human”), empat buah lagu untuk album “Tomorrow” milik Sean Kingston, juga mega hit ‘Right Round’ dari album “ROOTS” oleh Flo Rida. He’s the bomb. Dan kalau itu semua belum cukup, dirinya juga menyumbangkan karyanya untuk album Sugababes yang berjudul “Sweet 7″, adalah single ‘Get Sexy’ yang merupakan karya terakhir girlband tersebut dengan seorang original member di dalamnya, Keisha Buchanan. Bruno pun mulai menjalal kemampuan vokalnya dengan menyediakan vokal latar di lagu tersebut. Selain itu, bersama Philip Lawrence dan Ari Levine dibentuklah trio The Smeezingtons yang memproduseri sebagian besar dari karya tulis Bruno.
Semakin PD dengan kemampuannya di balik layar, mengapa tidak muncul sebagai vokal tamu. Maka dimulailah kemunculan nama Bruno Mars sebagai guest appearance untuk album Far East Movement “Animal” di lagu ‘3D’, dan juga debut Jaeson Ma ‘Love’. Menang, ini masih kurang mengangkat kepopuleran Bruno ke permukaan, tapi selanjutnya, tidak ada yang bisa menghentikannya. Kita pertama tau dirinya dan vokalnya yang kuat dan seksi dari single nomor 1 B.o.B, ‘Nothin’ On You’ juga solo debut Travie McCoy ‘Billionaire’. Kita dibuat lebih tertarik padanya ketimbang pada penyaji utama kedua single tersebut. Dan ini semua cukup untuk menjadi landasan yang kuat untuk tampil sendiri. ‘Just The Way You Are’ pun diluncurkan pada pertengahan tahun lalu. Dan hasilnya bigger than ever. Jadi juara di berbagai tangga lagu di berbagai belahan dunia. Lagu ini memiliki chorus yang dahsyat, melodi dan lirik yang memorable, dan menampilkan yang terbaik dari Bruno Mars. He’s on the way to top and there’s no sign of stopping!
Untuk Grammy Awards tahun ini, kita dibuat tercengang dengan munculnya Bruno Mars dalam 6 kategori. Best Rap Song, Best Rap/Sung Collaboration, dan Record Of The Year untuk ‘Nothin’ On You’, Record Of The Year dan Song Of The Year untuk ‘F–k You’ yang dinyanyikan oleh Cee-Lo Green, Best Male Pop Vocal Performance untuk ‘Just The Way You Are’, dan Producer Of The Year Non-classical untuk trio The Smeezingtons. Ini bisa jadi menambah koleksi penghargaan yang diraihnya, setelah sebelumnya menyabet Soul Train Music Awards. Album debutnya “Doo-wops & Hooligans” yang berisi 12 track pun dirilis pada akhir Januari 2011 ini di Indonesia. Dan dalam menyambut kemeriahana tas kesuksesan pria seksi 25 tahun ini, CreativeDisc memilihnya sebagai sorotan selama sebulan penuh dalam Artist Of The Month! Single keduanya ‘Grenade’ pun enggak kalah sukses. Jadi nomor 1 di berbagai tangga lagu di berbagai negara di Erope, Australia, Asia, dan Amerika. We don’t have to think too much of where that voice coming from, cause we’re here to enjoy the month of love with his singing! It’s Bruno Mars!!!

Album Downloads:

Doo-Wop & Holligans (2010)
klik disini


Earth To Mars (2011)
klik disini

Concert Review - The Script (Live at Guinness Arthur’s Day Jakarta)

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam , ribuan orang memadati Ballroom Pullman Hotel untuk menghadiri konser The Script dalam rangka Guinness Arthur’s Day. Acara di mulai pukul 19 lewat sedikit dan di pandu oleh Bayu Oktara Dan Caroline Surachmat
Acara di buka dengan penampilan beberapa ‘local act’ , ada ‘ Dela’ yang memanaskan suasana dengan membawa lagu adele ‘someone like you’ dan beyonce ‘if I were a boy’ yang sukses membuat penonton sing a along. Selanjutnya ada “Mike’s’ & Groovyland” yang membawa lagu mereka sendiri, lagu Coldplay, Stereophonics, dan Temper Trap. Local act yang paling ditunggu adalah ‘Gugun blues Shelter’ salah satu band asal Indonesia yang baru saja mengeluarkan album di amerika. Penampilan GB di warnai dengan tawa karena aksi panggung yang konyol dari sang bassis , Jono serta kekaguman penonton akan music dan permainan gitar dari Gugun. Hal ini terlihat dari setiap tepuk tangan dari penonton yang di berikan diakhir lagu mereka.
Setelah Gugun Blues Shelter, penonton semakin tidak sabar untuk menyaksikan The Script. Sayangnya, penonton harus menunggu 30 menit sebelum menonton The Script untuk persiapan sounds. Hal ini sempat membuat penonton kecewa dan melemparkan “booo” ke MC. Walaupun begitu, tidak seorangpun penonton tetap setia menunggu dan tidak meninggalkan tempat mereka.
Tepat pukul 22.00 WIB , satu-persatu personil The Script masuk panggung , di mulai dari drummer Glen Power, Gitaris Mark Sheehan, dan Terakhir sang vokalis Danny O’Donoghue. Tanpa banyak berbasa-basi mereka langsung menyanyikan ‘Won’t Feel Anything’ yang di sambut teriakan histeris dari penonton. Danny sangat attractive ke penonton, beberapa kali dia dengan menyapa penonton menggunakan bahasa Indonesia dan mengatakan terima kasih. Lagu kedua kembali mendapat histerisa penonton katika Danny mulai bermain piano dan menyanyikan ‘Talk You Down’ dan menyisipkan ‘Jakarta’ dalam lirik lagu tersebut. Suasana semakin panas ketika lagu ketiga akan dinyanyikan, ‘We Cry’.
Di lagu keempat seolah menjadi klimaks , The Script menyantikan ‘The Man Who Can’t Be Moved’. Ketika intro dimainkan, antusisme penonton semakin menjadi-jadi, Danny sempat menghentikan permainan pianonya dan mengajak sekitar 5000 penonton bernyanyi diiringi music dari The Script. Seperti terhipnotis ribuan penonton menyanyikan lagu ini dengan lancar, jelas dan harmonis. Danny sempat mengatakan hal ini membuat bulu kuduknya merinding, dia merasa seperti sedang di ‘rumah’ dan merasa the Script sangat di terima di Indonesia. Gitaris, Glen bilang kalau The script akhirnya bisa datang ke Indonesia setelah begitu banyaknya permintaan dari penggemarnya di Indonesia dan mengucapkan banyak terima kasih.
Sepanjang konser, teriakan histeris, “Danny I love you”, dan tepuk tangan tidak pernah berhenti. Dany terlihat sangat ‘excited’ dengan penonton dan tidak segan untuk turun panggung beebrapa kali untuk mengajak penonton di barisan depan bernyayi. Dipertengahan konser, The Script melakukan break untuk menghormati ‘Sir Arthur Giunness’ dengan melakukan toast bersama penonton. Toast ini di pimpin oleh Danny dan diikuti penonton dengan mengangkat tangan mereka.
The script membawakan 13 lagu–lagu jagoan mereka seperti ‘If You Ever Come Back’, ‘Before The Worst’ , ‘The end Is Where I Begin’ , ‘Science And Faith’, ’Nothing’ , ‘Dead Man Walking’ dan ‘Rusty Halo’. Setelah lagu terakhir, teriakan ‘WE WANT MORE’ membahana di Pulllman Ballroom, The Script menjawab teriakan ini dengan kembali ke penggung, Danny memakai bendera merah putih di bahunya sambil menyanyikan lagu penutup ‘ For The First Time’. Sebelum turun panggung, Mark mengambil foto penonton untuk twit-pic dan The script berjanji akan segera kembali ke Indonesia.
Konser The Script menjadi sebuah konser yang sangat meriah dengan dukungan visual dan lighting bisa dibilang sempurna, mengikuti mood lagu dan mood penonton, tembakan lighting dari belakang The Script dan 2 screen besar yang di sediakan panitia membuat The script terlihat jelas dari barisan belakang penoton. Satu konser yang membuat penontonnya pulang dengan cerita tersendiri. Penonton puas, The Script Puas, Happy Arthur’s Day!

nb: gw ga nonton konser'a.... hihihih (menyedihkan)

Jessie J

Hell yeah, people talked about her alot even before her very first single had been released. Media menamainya Sound of 2011. Penghargaan musik menganugerahinya Critics’ Choice Award. Dan kemudian, setiap orang merasa ingin kenal dengan cewek yang satu ini. Beruntungnya kamu yang langganan berkunjung ke CreativeDisc.Com, karena bulan Mei ini kami akan menggriring kalian semua untuk lebih akrab dengan penyanyi yang dimaksud. Dialah Jessie Ellen Cornish, alias Jessie J.
Di masa-masa sekarang, saat sajian musik tak hanya berupa suara yang menggugah dan musik yang super catchy, tapi tampilan yang stand out juga menjadi penunjang popularitas, maka artis-artis pendatang baru punya tantangan ekstra dalam persaingan musik yang sengit saat ini. Jessie J menjawab tantangan zaman tadi dengan membuat debutnya di industri rekaman, setelah sebelumnya merasa matang dengan persiapan yang dilakukannya selama masa remaja bergabung dengan sebuah grup vokal, menjadi penyanyi latar untuk Cyndi Lauper, hingga menjadi penulis lagu untuk artis lain seperti Chris Brown dan Miley Cyrus. Tapi jangan kita jalannya dalam hidup ini begitu mulusnya, karena Jessie juga pernah mengalami hal-hal buruk, seperti serangan stroke ringan saat berusia 18 tahun, juga perusahaan rekaman yang menontraknya, Gut Records mengalami kebankrutan sehingga impiannya menjadi artis rekaman terpaksa tertunda. Setiap peristiwa pasti ada hikmahnya. Dan Jessie mengambil hikmah tersebut sebagai persiapan fisik dan mental untuk debut albumnya “Who You Are”, yang selama 6 tahun belakangan adalah fokus utamanya dalam hidup.
Senyumnya boleh terkembang saat di penghujung tahun 2010 kemarin single perdananya rilis di Inggris. ‘Do It Like A Dude’ menyuarakan pemberdayaan perempuan, tersaji dalam tampilan apik di musik, kuat di vokal, dan unik di tampilan video. Ini adalah peluncur karir yang meroket di negeri sendiri, sekaligus penakar antusiasme pasar terhadap musiknya. Makanya, saat single ‘Price Tag’ yang menampilkan rapper B.o.B diluncurkan, dunia siap menyambutnya, dan kesuksesan besar Jessie J pun dimulai. Single ini mengajak kita untuk enggak terlalu serius dalam menanggapi segala hal dan mengajak untuk sejenak bersenang-senang tanpa pamrih. Semangat positif dalam lagu-lagu Jessie secara maksimal bisa kita nikmati di debut albumnya. Mungkin itu yang membuat para music director film suka dengan karyanya dan memasukkan lagu-lagu Jessie ke dalam film mereka. ‘Who You Are’ ada di film “Step Up 3D” dan ‘Sexy Silk’ di film “Easy A”. Semua keranjingan Jessie J.
BBC menobatkannya sebagai Sound Of 2011, BRIT Awards untuk Critics’ Choice tahun 2011 dimenangkannya, dan MTV Brand New 2011 memposisikannya di nomor 2 untuk Next Big Thing, dan kita tentu enggak mau ketinggalan dengan menobatkannya sebagai Artist of The Month di bulan Mei 2011 ini. Sekaligus memarakkan perilisan single terbarunya ‘Nobody’s Perfect’ yang asyiknya minta ampun! Hell yeah, no one can do it like a dude except this J-J-J-J Jessie J!

Who You Are (2010)
 Klik disini

Adele

Rasanya sangat mengharukan ketika melihat Jessie J melakukan standing ovation untuk Adele setelah dia menyanyikan track Someone Like You di perhelatan BRIT Awards 2011. Selain penampilannya yang memang memukau, hal ini juga menjadi semacam penegasan, bahwa Adele tahun ini didukung oleh banyak pihak termasuk dewi fortuna untuk kesuksesan album 21.
Jessie J, bersama Leona Lewis merupakan teman sekelas Adele di The BRIT School of Performing Arts & Technology. Disinilah dia mengasah bakat, serta untuk pertama kali dia terobsesi dengan vokalnya yang memang membius. Walaupun memiliki kebiasaan buruk yaitu sering telat masuk kelas, tetapi seluruh rekan sekelas memuji suaranya. Setiap rehearsal untuk tugas sekolah selalu dinantikan ketika Adele akan menghadirkan suaranya.
Berbekal 3 lagu yang direkam dan diposting di MySpace, pihak XL records kemudian mengontaknya. Adele sendiri awalnya tidak terlalu mempercayai tawaran tersebut. Tetapi berkat Nick Hugget dari XL Records yang menyarankan Jonathan Dickins sebagai manager, dia akhirnya bergabung dalam September Management dan memulai sesi rekaman. Disinilah dadu kehidupan Adele mulai bergulir.
Tidak banyak solois wanita yang berjaya di chart lagu di Inggris Raya, tapi bisa jadi kehadiran Amy Winehouse setahun sebelumnya menjadi mempermudah orang menikmati musik sederhana namun penuh emosi seperti yang dibawakan oleh Adele. Album 19 debut di posisi 1 di tahun 2008 serta mendapatkan 4 platinum di Inggris. Ekspansinya ke Amerika dimulai pada tahun itu juga, namun kurang berhasil. Setelah dia tampil dalam acara Saturday Night Live yang menghadirkan Sarah Palin di penghujung tahun 2008, barulah seluruh Amerika, tepatnya 17 juta penonton berhasil dihipnotis ketika dia membawakan Chasing Pavements dan Cold Shoulder.
Tahun 2009 merupakan tahun tersibuk dan tahun yang tidak akan terlupakan oleh Adele. Selain menerima 2 penghargaan dari Grammy Awards sebagai Best New Artist dan Best Female Pop Vocal Performance. Di ajang BRIT Awards, Adele juga mendapat 3 nominasi yaitu Best British Female, Best British Single dan Best British Breakthrough Act. Dia juga mendapat perhatian khusus dari Perdana Menteri Inggris, tampil di VH1 Divas, sampai konser bersama John Mayer. Tapi yang mengalahkan semua isu tersebut adalah di tahun inilah dia memulai hubungan dengan seseorang yang kelak menjadi amunisi utama album 21 yang rilis 2 tahun kemudian.
Banyak yang bertanya dan menyangsikan, siapakah sebenarnya sang lelaki itu? Lelaki yang mampu membuatnya bernyanyi dengan suara berderap dan penuh dengan emosi serta barisan sakit hati. Sang produser Rolling In The Deep, Paul Epworth masih mengingat sela-sela rekaman tersebut dengan mendengarkan isak tangis Adele pasca berakhirnya hubungan mereka. Itulah sebabnya album ini menjadi sangat personal, penuh dengan emosi, apalagi ketika dia mengetahui sang mantan telah bertunangan dengan wanita lain.
Terlalu banyak drama? Adele berhasil melalui itu semua. Walaupun di beberapa penampilan livenya, Adele masih sempat goyah ketika menanyikan track Someone Like You. Dari performanya di BRIT Award untuk pertama kali, iTunes Festival 2011 dimana dia membuat sing a long yang panjang ketika refrain mengalun, sampai standing ovation yang diterimanya ketika MTV Video Music Award dihelat tahun ini. Tidak semua penyanyi mampu menghadirkan kesederhanaan, kekuatan, dan emosi ketika menghadirkan lagu-lagunya dalam versi live, dan Adele mampu melakukannya.
21 adalah album super! 11 minggu bertahta di UK Album Chart, walaupun tidak di minggu yang berturut-turut menjadikannya salah satu artis yang berhasil membuat album dan singlenya bertahta di posisi yang sama. Hal ini telah lama tidak terjadi setelah The Beatles yang melakukan hal yang sama di tahun 1965. Track Rolling In The Deep pun menjadi single yang paling banyak terjual di Amerika per tanggal 21 Agustus 2011. Bravo! Untuk semua pencapaian dan hamparan emosi yang tidak terbatas ini, Creative Disc bersama Warner Music Indonesia menyatakan Adele sebagai Artist Of The Month bulan September 2011. Dengan 2 album yang direlease berbarengan di Indonesia, “19″ & “21″, kita akan bergalau ria selama sebulan penuh! Cheers!

19 (2008)
 Klik disini


21(2010)
klik disini

Beyonce - 4

Bukannya saya hendak melarang untuk berekspektasi terhadap album ini, tapi apa yang didapat dalam sebuah album berjudul “4″ milik Beyoncé ini adalah memang jauh dari fierness yang boleh didapat dari album sebelumnya. Penekanan terhadap rasa “Beyoncé” dengan porsi yang lebih banyak dibanding rasa “Sasha Fierce” yang membuat rekaman ini beda. Yang pasti, kita masih tetap disuguhkan vokal berkarakter nan powerful, dengan lirik yang menggugah. Dan sajian itu pasti sudah cukup memuaskan.
Banyak yang terjadi sebelum “4″ ini ada. Dimana Beyoncé mengambil cuti setahun dari kegiatan musiknya untuk memaknai hidup dan menikmatinya sebagai sesuatu yang membuatnya merasakan hidup sebagai manusia biasa, berpisah dari manajeman sang ayah, dan mengelola musiknya sendiri. Inilah yang membuat rekaman ini menjadi sangat mandiri. Dengarkan jeritan hatinya lewat ‘I Was Here’ yang sejatinya menggambarkan kesediaannya untuk berdiri di atas kaki sendiri dan tidak membiarkan rasa takut menghalangi.
Inspirasi lainnya yang Beyoncé dapat adalah semangat goyang dari Afrika, yang disebut Tofu Tofu alias bodyshaking yang ditampilkan dalam ‘Run The World (Girls)’ yang sound music-nya membuat kita berasa di Afrika. Beberapa lagu lain yang bisa mengajak kita berdansa adalah ‘Countdown’ dan ‘End Of Time’ yang enggak kalah menggairahkan. Nah, sesi dance ini yang sepertinya minim dan membuat beberapa orang kurang puas dan ingin lebih.
Kesempatan untuk menginsert musik soul, funk, pop, dan R&B dari era 70 dan 80 adalah kualitas lain dari “4″ yang bisa dinikmati di ‘1+1′, ‘I Care’, ‘Love On Top’, dan ‘I Miss You’. Meskipun kewenangan ada di tangan Beyoncé dalam pemilihan lagu di dalam album ini, tetap saja credit harus dilayangkan kepada para produser, pencipta lagu, musisi, dan setiap profesional yang terlibat di dalamnya. Kemampuan untuk memuaskan dahaga Beyoncé dalam aktualisasi diri lewat album ini adalah hasil yang patut diacungi jempol.
Di album sebelumnya, saat kita dibuat bertanya apakah Beyonce akan sanggup membuat sebuah rekaman sebesar ‘Irreplaceable’ dari “B’Day”, ternyata ada ‘Single Ladies’ dari “I Am…Sasha Fierce” yang sanggup menjadi jawaban untuk pertanyaan itu. Dan kembali, pertanyaan tersebut akan terlontar. Menyikapinya, Beyoncé punya pernyataan tersendiri. Bahwa dirinya tidak harus membuktikan apa-apa kepada siapapun. Dan itu yang membuat dirinya merasa bebas untuk berekspresi dalam album ini. Tapi, 2 hit besar tersebut bukan tercipta dari single pertama di masing-masing album, sehingga masih terbuka kemungkinan kalau “4″ juga akan punya massive hit sendiri. If I was the one to pick, aku akan pilih ‘I Was Here’ balada indah ciptaan Diane Warren yang luar biasa!
Kenikmatan lainnya yang dapat dinikmati adalah ‘Party’ yang dibawakan bersama Andre 3000 & Kanye West. Bukan salah satu favorit, tapi paling enggak keberadaan rap di dalam album ini dibutuhkan untuk menyirnakan rasa bete yang kemungkinan bisa tercipta setelah mendengarkan 4 track pertama yang adalah lagu-lagu slow. Juga ‘Best Thing I Never Had’ yang membuat kita membuka mata untuk enggak terlalu menyesali sebuah perpisahan. Beyoncé punya kata-kata yang enggak biasa untuk membuat kita percaya kalau satu pintu tertutup, pintu lainnya akan terbuka. “you showed your ass, and baby I saw the real you”
Enggak usah ragu untuk mengoleksi album ini. Rilisan Sony Music Indonesia adalah deluxe edition 2cd yang juga berisi track ‘Lay Up Under Me’, ‘Schoolin’ Life’, ‘Dance For You’ ditambah dengan bonus sample parfum HEAT milik Beyoncé. Meskipun awalnya adalah sebuah kompromi, album ini akan cukup memuaskan. Dan jikalau masih ada yang merasa ganjal, mengingat kebiasaan Beyoncé yang merilis ulang album dalam edisi-edisi lain, masih ada kemungkinan untuk “4″ memuaskan selera kita!

Yang mau download album'y klik disini

The Wanted

Perkenalkan boyband yang mulai menapaki dominasi televisi, radio, dan juga internet, juga mulai menjadi pujaan hati kaum hawa. The Wanted! Boyband pop yang terdiri dari cowok-cowok supercute asal Inggris dan Irlandia yang udah punya lagu nomor 1 di Inggris, ‘All Time Low’ yang adalah debut mereka. Boyband ini adalah hasil audisi besar-besaran di tahun 2009 oleh Jayne Collins, orang yang sudah mengantarkan sukses ke tangan cewek-cewek The Saturdays. Nah, dari tangan yang berpengalaman itu, terjaringlah Jay McGuiness, Nathan Sykes, Siva Kaneswaran, Max George, dan Tom Parker. Usia mereka dalam rentang 18 hingga 22 tahun, pas banget sebagai idola cewek-cewek belia. Masing-masing sudah punya latar belakang seni. Enggak hanya nyanyi, tapi juga nari, modelling, dan akting.
Makanya, saat karya mereka dilempar ke pasaran, langsung aja diserbu para penikmat musik hingga menjadikan debut single ‘All Time Low’ menjadi lagu nomor 1 di UK. Kemiripan lagu tersebut dengan hit milik Coldplay membuat kita enggak kesusahan dalam menikmati lagunya. Dan ketika single keduanya ‘Heart Vacancy’ dirilis, wabah histeria The Wanted semakin meluas. Ada cerita di balik single ini, dimana sang pencipta lagu mengarangnya untuk dinyanyikan oleh Leona Lewis. Tapi sang juara X Factor itu menolak, menyebabkannya berpindah tangan ke 4 orang artis lain hingga akhirnya nyampe ke tangan The Wanted dan dijadikan sebagai single kedua mereka. It’s a great ballad which showcase their true ability in singing as a group. And it turned out to be perfect!
Geffen Records merilis album perdana mereka yang berjudul “The Wanted” dengan menyanyikan lagu-lagu dari para penulis handal dan produser ngetop. Kayak Steve Mac, Wayne Hector, Guy Chambers, Jonas Jeberg, dan masih banyak lagi. Juga termasuk Rami Yacoub, yang ada di belakang layar untuk single ‘Lose My Mind’. Single ketiga mereka ini enggak kalah impressive dibanding 2 single sebelumnya. Lagu ini punya vibe yang mirip hit milik Kings Of Leon, ‘Use Somebody’. Kegilaan di video klipnya dan sound rock yang digabungkan di dalam musiknya. Tepat sekali menyematkan nama boyband jempolan masa kini kepada The Wanted. Apalagi dalam usia bermusik mereka yang masih muda, 4Music Awards dan Celebritain Awards sudah mereka raih, berikut unggulan di ajang Brit Awards dan Virgin Media Music Awards. Pilihan New Artist Highlight Mei 2011 ini memang enggak salah. Mari mabuk kepayang selama sebulan penuh menikmati The Wanted…

Album downloads:
The Wanted (2010)
 Klik disini

Battleground (2011)
Klik disini

LMFAO

LMFAO adalah duo DJs Redfoo (Stefan Kendal Gordy) dan SkyBlu (Skyler Husten Gordy) dan Sorry for Party Rocking adalah album kedua mereka, setelah melakukan debut ditahun 2009 dengan Party Rock. Ditengah skena rapper yang mengkolaborasikan musik mereka dengan nuansa dance-house-dubstep-electro-pop, maka menyeliplah nama LMFAO. Kesuksesan single Party Rock Anthem mungkin adalah pembuktiannya.
Sorry for Party Rocking sendiri seolah sebuah kompilasi anthem dansa yang riuh dan seolah tak kenal lelah untuk menggempur telinga dengan dentuman drum dan bass serta sound-sound olahan mesin. Selintas, musik yang diperdengarkan oleh LMFAO tak jauh berbeda dengan apa yang dibawakan oleh Black Eyed Peas, Flo Rida, Pitbull atau yang terbaru, The Cataracs misalnya. Namun tentu saja LMFAO memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan mereka dengan nama-nama tersebut.
Dibuka dengan Rock The Beat II, yang seolah sebuah prolog menuju keriuhan, yang langsung diganjar dengan tetabuhan Sorry for Party Rocking. Seolah tanpa jeda, album ini akan menyeret kita dalam arus pesta tak berkesudahan mereka. Ini bisa menjadi bumerang sendiri sebenarnya, karena album kemudian terkesan monoton, karena menampilkan materi yang setipe antara satu dengan yang lainnya. Apalagi tema utama yang diusung dalam album ini berkisar antara berpesta, minum-minum, berpesta, minum-minum, berpesta, errrr…yah seperti itulah.
Meski begitu, dengan hadirnya track seperti All Night Long yang hadir dengan tempo medium cukup menjadikan sebuah jeda yang patut dihargai, seolah LMFAO mengajak kita untuk sedikit cooling down setelah menghentak-hentakkan tubuh dengan penuh tenaga. Kehadiran vokal Lisa cukup mampu memberikan kesan “adem” tadi. Nah, kehadiran musisi-musisi tamu merupakan langkah yang tepat, karena jujur saja, jika hanya mengandalkan vokal duo LMFAO saja, album ini akan terasa “kering”, sehingga patut disyukuri kehadiran Busta Rhymes dalam Take It to The Hole atau Will.I.Am dalam Best Night, karena mampu memberikan asupan kesegaran dalam materi album secara keseluruhan.
Nyaris dalam setiap kesempatan auto-tunes hadir memoles vokal yang terdapat dalam setiap track dalam album ini. Efeknya, album yang sudah steril karena bebunyian mesin yang ekstensif, semakin terdengar tidak organik saja. Namun, secara keseluruhan, Sorry for Party Rocking tampaknya bukanlah album yang bertujuan semata-mata mengejar estetika bermusik, karena toh LMFAO hanya mengejar sensasi fun dan entertaining dalam album ini. Dan kalaulah memang itu tujuannya, bisalah disebut mereka berhasil untuk itu.
Jika disebutkan Sorry for Party Rocking bukan album untuk semua orang, mungkin akan terdengar pretensius. Akan tetapi tidak semua orang tampaknya akan dapat menyukai album ini. Meski dipenuhi dengan anthem dansa yang seru, akan tetapi Sorry for Party Rocking memang sebuah album yang tersegmentasi. Sangat tepat kalauanda adalah seorang party-animal, karena mungkin album ini akan menjadi teman pesta yang dapat diandalkan.

source: creativedics.com

album download:
klik disini (via indowebster)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons